ANALISIS KUANTITATIF ANDROGRAFOLID DALAM EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness) SECARA KLTKT-DENSITOMETRI

 

Awal P, Mujahid R, Yuli W.

Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Badan Litbang Kesehatan

Kem Kes RI

 

ABSTRAK

 

Telah dilakukan penelitian penetapan kadar andrografolide dalam ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui kadar andrografolide dalam ekstrak sambiloto dengan menggunakan metode KLTKT-Densitometri.

Proses ekstraksi dilakukan menggunakan etanol 90%. Ekstrak etanol dan baku senyawa andrografolide ditotolkan pada plat KLTKT Silika gel-F254, dengan menggunakan Linomat 5, kemudian dieluasikan dalam chamber yang berisi campuran CHCl3: MeOH (9:1), sebagai fase geraknya. Setelah proses eluasi, plat kemudian dikeringkan. Deteksi noda serta kuantifikasi dilakukan dengan Densitometer Scanner Camag- Wincat 4.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa panjang gelombang serapan maksimal antara noda ekstrak dan larutan baku adalah sama, yaitu pada panjang gelombang 230 nm. Kadar andrografolide pada ekstrak adalah 15,54 + 0,16 % b/b dengan KV 1,01%.

 

Kata kunci: Ekstrak sambiloto, KLTKT-Densitometri, adrografolid

 

PENDAHULUAN

 

Sambiloto  merupakan salah satu bahan penyusun ramuan jamu antidiabetes, dan dibuat sediaan bersama-sama simplisia yang lain dalam bentuk serbuk simplisia, pil, kapsul ataupun kaplet (Anonim, 2008).  Sambiloto memiliki rasa yang sangat pahit. Rasa pahit ini disebabkan oleh senyawa andrografolid (Arshia dkk., 2007). Rasa pahit sambiloto 2,8 kali rasa pahit dari kuinin HCl (Ameh dkk., 2007).

Andrografolid merupakan senyawa aktif utama dalam sambiloto, dan berkhasiat sebagai antidiabetes (Subramanian dkk., 2008).  Andrografolid ditemukan pada bagian akar (Kardono dkk., 2003), batang dan daun (Farnsworth & Bunyapraphatsara, 1992) serta herba (Kulyal dkk., 2010).  Andrografolid merupakan kristal tidak berwarna larut dalam metanol, etanol, aseton, piridine, etil asetat, kloroform dan asam asetat, namun sedikit larut dalam air dan tidak larut dalam dietil eter (Qiang, 2007).

Uji kualitatif andrografolid dalam ekstrak dilakukan dengan jalan melarutkan andrografolid ataupun ekstrak dalam etil asetat (Chao & Lin, 2010). Hal ini dilakukan karena etil asetat  mampu  melarutkan andrografolid, namun tidak melarutkan klorofil yang masih tersisa dalam ekstrak, sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terganggunya pengamatan karena adanya klorofil. Uji kualitatif selanjutnya dilakukan dengan jalan membandingkan nilai Rf kromatogram dari andrografolid baku dan ekstrak, serta mengamati panjang gelombang maksimumnya.

Uji kuantitatif andrografolid dapat dilakukan secara titrimetri, spektrofotometri, HPLC maupun KLTKT (Mamatha, 2011). Namun metode penetapan kadar andrografolid secara spektrofotometri, memiliki kelemahan yaitu pada saat penambahan KOH etanolat pada larutan andrografolid akan terbentuk warna merah, tetapi warna merah tersebut tidak stabil, cepat memudar (Maiti dkk., 1959). Pada penetapan kadar andrografolid secara HPLC memakan waktu relative lama, serta memerlukan banyak tahap ekstraksi dan purifikasi (Saxena, dkk., 1998; Sharma, dkk., 1992).  KLTKT merupakan salah satu  metode penetapan kadar yang cukup luas digunakan dengan hasil yang cukup memuaskan. Metode ini sederhana, mudah dilakukan, cukup teliti dan sensitive, serta dapat diterapkan untuk ekstrak kasar (Bhutani, 2000; Srivasta dkk., 2004), sehingga dapat diterapkan untuk penetapan kadar andrografolid dalam ekstrak. KLTKT dimaksudkan untuk mendapatkan pemisahan dan hasil analisis yang lebih baik dibandingkan KLT biasa. Fase diam  pada KLTKT memiliki ukuran pori-pori yang sangat halus, serta seragam dengan ketebalan 0,1 mm. Ukuran partikel fase diam yang lebih kecil ini menyebabkan semakin banyak jumlah lempeng pemisah, sehingga pemisahan menjadi lebih efisien (Gandjar & Rohman, 2008). Pada analisis kuantitatif, bercak pada fase diam dapat langsung diukur menggunakan ukuran luas atau dengan teknik densitometri. Densitometri dapat bekerja secara serapan atau fluoresensi. Sistem fluoresensi biasanya lebih disukai karena kelinieran respon dan selektifitasnya lebih tinggi serta gangguan fluktuasi latar belakang lebih rendah (Gandjar dan Rohman, 2008).  Bercak yang diukur dengan system fluoresensi, serapan ultraviolet atau sinar tampak dapat ditetapkan lebih teliti daripada bercak yang disemprot dengan pereaksi warna (Gandjar dan Rohman, 2008).

 

METODOLOGI

 

Bahan dan Alat Penelitian

Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Tawangmangu-Jawa Tengah, dari bulan Juni 2010 hingga November 2010. Baku andrografolid (Sigma-Aldrich), Plat Silikagel F254 KLTKT, 20x5, aluminium sheet (E-Merck),  CHCL3 (E-Merck), Metanol (E-Merck), Etil asetat (E-Merck), KLT-Densitometri, Wincat 4, Linomat 5.

 

Jalannya Penelitian

1.    Penyiapan larutan baku andrografolid.

Larutan baku dibuat dengan melarutkan 2,1 mg andrografolid dalam 50 ml etil asetat, sehingga larutan baku andrografolid memiliki konsentrasi 0,042 µg/µL.

 

2.    Penyiapan fase diam dan fase gerak.

Fase diam menggunakan plat KLTKT Silikagel F254, aluminium sheet 20x5. Fase gerak menggunakan campuran CHCL3:MeOH (9:1). Penjenuhan chamber dilakukan selama 20 menit, jarak eluasi 3,5 cm, deteksi kromatogram dilakukan pada 230 mn.

 

3.    Uji Kualitatif andrografolid dalam Ekstrak Sambiloto.

Uji kualitatif andrografolid dalam ekstrak dilakukan dengan jalan melarutkan andrografolid ataupun ekstrak dalam etil asetat, ditotolkan pada plat KLTKT, dieluasikan pada fase gerak, diamati harga Rf kromatogram, dibandingkan dengan standar.

 

4.    Pembuatan kurva linearitas.

Ditimbang seksama 2,1 mg baku andrografolid, dilarutkan dalam 50 ml etil asetat. Larutan baku andrografolid dalam etil asetat (larutan 1) ditotolkan pada Plat KLTKT ukuran 5 x 20 cm, menggunakan Linomat-5. Penotolan larutan standart sebanyak 5, 10,15,20,25,30 dan 35 µL, dan dieluasikan dalam fase gerak CHCl3:MeOH (9:1). Jarak eluasi 3,5 cm. Deteksi dilakukan pada λ 230 nm (Aulia, 2008). Dibuat grafik konsentrasi vs luas area. Data yang ada kemudian dimasukkan dalam persamaan regresi hingga diperoleh nilai slope (b), intersep (a) dan koefisien korelasi (r). Sebagai parameter adanya hubungan linier, digunakan koefisien korelasi (r) pada analisis regresi linier Y= a + bx. Hubungan linier ideal dicapai jika a = 0 dan r = +1 atau r = -1, bergantung pada arah garis persamaan. Rentang konsentrasi sampel menunjukkan batas terendah dan tertinggi analit yang dapat ditetapkan dengan ketepatan, ketelitian dan linearitas yang dapat diterima.

 

5.    Penentuan Akurasi dan Presisi Abdrographolide.

Uji akurasi dilakukan dengan menghitung perolehan kembali analit dalam rentang konsentrasi 80-120% (Harmita, 2004).  Uji presisi dilakukan dengan menghitung nilai standar baku relatif atau koefisien variasi (KV). Syarat akseptabilitas akurasi dan presisi adalah nilai perolehan kembali 98-102% dan KV= 2% (Nash & Wachter, 2003; Harmita, 2004). Perolehan kembali baku andrografolid dalam etil asetat setelah diekstraksi dengan dapar asetat pH 4,5, menunjukkan efisiensi proses ekstraksi yang dilakukan. Semakin tinggi prosen perolehan kembali, semakin efektif proses ekstraksi. Ditimbang baku andrografolid dengan konsentrasi 80-120%, dilarutkan dalam 50 ml etil asetat (larutan 1). Dipipet 1 ml larutan 1, dimasukkan dalam labu takar 5 ml, ditambah dengan 1,5 ml etil asetat, ditambah larutan dapar asetat pH 4,5, divorteks selama 3 menit, kemudian didiamkan hingga kedua lapisan memisah. Dipipet fraksi etil asetat, kemudian ditotolkan pada plat KLTKT silikagel GF254, sebanyak 15 µL. Dihitung perolehan kembali andrografolid.

 

6.    Penetapan Kadar Andrografolid dalam ekstrak sambiloto.

Ditimbang ekstrak sambiloto + 80,0 mg. Ekstrak dimasukkan dalam labu takar 200 ml, ditambah dengan 1 ml SLS 0,1, ditambah dengan dapar asetat hingga garis tanda (larutan 1), dihomogenkan. Dipipet 2,5 ml larutan 1, dimasukkan dalam labu takar 5 ml, ditambah dengan 2,5 ml etil asetat, divorteks selama 3 menit, kemudian didiamkan hingga kedua lapisan memisah. Dipipet fraksi etil asetat, kemudian ditotolkan pada plat KLTKT silikagel GF254, Dihitung perolehan kembali andrografolid .

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

Hasil analisa kualitatif andrografolid dalam ekstrak sambiloto ditampilkan pada gambar 1 sebagai berikut:                      S1   S2   E1   E2 

IMG_2646-2                      

 

 


  

Andrografolid

 
 

 

Gambar 1.  Profil Kromatogram Baku andrografolid (S) dan ekstrak sambiloto (E), diamati pada UV254 nm

Pada gambar 1 terlihat bahwa pengamatan KLTKT dibawah sinar UV254 nm, menunjukkan adanya pemadaman noda. Hal ini terjadi, karena adanya senyawa seng silikat yang ditambahkan pada fase diam KLTKT. Seng silikat ini akan berfluoresensi saat terpapar sinar UV 254 nm (Gandjar & Rohman, 2008).  Sedangkan senyawa yang ditotolkan di atas plat, akan menghalangi masuknya sinar UV menembus plat, sehingga akan tampil sebagai bercak-bercak berwarna gelap, dengan latar belakang pendar hijau muda dari cahaya UV254 nm (Sherma & Fried, 2003).  Hasil pengamatan spectrum panjang gelombang maksimal antara baku andrografolid dan ekstrak sambiloto, ditampilkan pada Gambar 2.

 

Keterangan:

S1 & S2     =  Standar andrografolid

E1 & E2     =  Ekstrak sambiloto

 

E1

 

E2

 

S1

 

S2

 
                                                                        

 

Gambar 2. Spektrum baku Andrografolid dan ekstrak sambiloto pada  230 nm

 

            Dari gambar 2 terlihat bahwa panjang gelombang maksimal baku andrografolid dan ekstrak sambiloto berimpit pada panjang gelombang 230 nm. Adapun hasil pencatatan Rf  kromatogram  ditampilkan pada Gambar 3.

IMG_2646-2                                                                       

 

4    Rf =   0,82

 

 

 

3    Rf = 0,51

 

2    Rf = 0,38 (Andrografolid)

 

 

 

 

1    Rf = 0,11

 

 

Gambar 3.  Nilai Rf baku Andrografolid dan ekstrak sambiloto.

 

Berdasarkan data scanning panjang gelombang larutan baku andrografolid dan ekstrak sambiloto yang berhimpit pada λ 230 nm, serta harga Rf spot yang sama antara baku andrografolid dan ekstrak sambiloto pada nilai Rf = 0,38, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak sambiloto positif mengandung senyawa  andrografolid.

Hubungan linier antara konsentrasi andrografolid baku dengan luas area ditentukan dengan membuat seri pengenceran baku andrografolid hingga diperoleh rentang konsentrasi 0,2058 µg/µL sampai 1, 4406 µg/µL. Hasil yang diperoleh berupa konsentrasi vs luas area dan selanjutnya dibuat persamaan garis regresi linier serta ditentukan koefisien korelasinya. Dengan nilai koefisien korelasi tersebut, dapat ditentukan, apakah linearitasnya memenuhi syarat atau tidak, yang didasarkan pada nilai r hitung hasil regresi dibandingkan dengan r tabel  pada taraf kepercayaan dan derajat bebas tertentu. Jika r hitung lebih besar dari r tabel pada p dan db tertentu, maka dikatakan bahwa linearitasnya baik dan dapat digunakan untuk perhitungan selanjutnya (Miller & Miller, 1988).  Hasil terlihat pada Tabel I.

 

Tabel I.   Hasil uji linearitas metode densitometri berdasarkan luas area untuk pembuatan kurva baku Andrografolid (0,258-1,4406 µg/µL), setelah dieluasikan dengan CHCl3:MeOH (9:1)

C  andrografolid (µg)

Luas Area

Luas area/10000

Persamaan Regresi

0,2058

1653

0,1653

Y = 0,4195X + 0,1194

r   = 0,9901

0,4116

3009

0,3009

0,6174

4055

0,4055

0,8232

4881

0,4881

1,0290

5568

0,5568

1,2348

6461

0,6461

1,4406

6906

0,6906

 

            Persamaan garis regresi (konsentrasi vs luas area)  Y = 0,4195X + 0,1194 menunjukkan korelasi yang baik, dilihat dari nilai r hitung lebih besar dari r tabel pada p = 0,05, db = n-2 = 5 yaitu r = 0,754 (Muhidin & Abdurahman, 2007).

                                                                                     

Tabel II. Hasil uji akurasi dan presisi baku Andrografolid

 

Konsentrasi

Replikasi

Luas Area teoritis/10000

Kadar tesoritis (µg)

Kadar pengamatan

(µg)

Perolehan kembali (%)

KV

(%)

80%

1

0,3305

1666

1677,15

100,67

1,07

2

0,3288

1666

1663,93

99,98

3

0,3333

1666

1699,44

102,01

Rata-rata   +  SD     =  100,85 +1,08

100%

1

0,3832

2058

2095,98

101,01

1,38

2

0,3837

2058

2100,11

102,05

3

0,3772

2058

2048,50

99,54

Rata-rata + SD    = 101,14+1,39

120%

1

0,4281

2450

2452,78

100,11

0,95

2

0,4244

2450

2423,61

98,92

3

0,4302

2450

2469,80

100,81

Rata-rata +  SD   = 99,95+0,95

 

Hasil akurasi & presisi dapat dilihat pada Tabel II. Uji akurasi (ketepatan) dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui efektifitas proses ekstraksi yang dilakukan. Baku andrografolid konsentrasi 80-120%, dilarutkan dalam etil asetat, kemudian ditambah dengan dapar asetat pH 4,5 divorteks 3 menit., didiamkan hingga terpisah 2 lapisan  Selanjutnya lapisan etil asetat ditetapkan kadarnya. Jika etil asetat tidak mampu melarutkan andrografolid, maka kedekatan nilai analisis kadar andrografolid dalam etil asetat setelah proses ekstraksi akan berbeda jauh dengan kadar andrografolid dalam etil asetat sebelum proses ekstraksi. Namun, jika nilai perolehan kembali andrografolid mendekati nilai sebenarnya, maka proses ekstraksi berjalan efektif.

Berdasarkan  Tabel II dapat dilihat bahwa prosen perolehan kembali dari proses ekstraksi pada rentang 98,92 -102,05% dengan nilai KV berkisar pada rentang 0,95-1,07% masuk dalam rentang penerimaan data akurasi dan presisi, yaitu untuk konsentrasi analit >10%, nilai perolehan kembali 98-102%, nilai KV= 2% (Nash & Watcher, 2003; Harmita, 2004). Nilai perolehan kembali yang relatif tinggi ini, menunjukkan bahwa proses ekstraksi yang dilakukan berjalan efektif.

            Pada penetapan kadar andrografolid dalam ekstrak, dilakukan 9 replikasi, untuk memastikan nilai presisinya. Profil kromatogram pada sinar UV 366 dan UV 254 dapat dilihat pada Gambar 4, sedangkan  profil kromatogram hasil scanning menggunakan densitometri ditampilkan pada Gambar 5.

 

 

 

 

Gambar 4. Profil kromatogram baku andrografolid dan ekstrak pada λ 254 nm dan 366 nm

 

 

Gambar 5. Profil kromatogram baku andrografolid dan ekstrak berdasarkan densitometry

 

Dari hasil pengamatan diatas diperoleh persamaan regresi sbb: Y = 0,3794X + 0,1318 , dengan nilai r = 0,9830, menunjukkan korelasi yang baik, dilihat dari nilai r hitung lebih besar dari r tabel pada p = 0,05, db = n-2 = 5 yaitu r = 0,754 (Muhidin & Abdurahman, 2007), sedangkan hasil penetapan kadarnya ditampilkan pada Tabel 3.

 

Tabel III. Hasil penetapan kadar Andrografolid dalam ekstrak sambiloto

 

Replikasi

Bobot ekstrak (µg)

Luas area/10000

Kadar (%)

Rata-rata (%)

 

KV (%)

1

80200

0,4613

15,47

15,54

 

1,01

2

80100

0,4626

15,55

3

80100

0,4605

15,45

4

80000

0,4562

15,27

5

79000

0,4625

15,76

6

80100

0,4631

15,57

7

80200

0,4608

15,45

8

79000

0,4621

15,74

9

80000

0,4640

15,64

 

Berdasarkan Tabel III, terlihat bahwa kadar andrografolid dalam sampel memiliki nilai presisi yang tinggi, ditunjukkan dengan nilai KV < 2%, yang berarti bahwa sebaran data hasil analisis tidak saling berjauhan.

 

KESIMPULAN

 

Hasil penelitan yang  diperoleh menunjukkan bahwa nilai Rf noda ekstrak dan larutan baku adalah sama  yaitu 0,38, dengan panjang gelombang serapan maksimal adalah  230 nm, serta  kadar andrografolid pada ekstrak adalah 15,54 + 0,16 % b/b dengan KV 1,01%.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ameh., Sunday., Obodozie., Obiageri., Inyang., Uford., Abubakar., Mujibata.,     Garba., Makaji., 2007, A Normative Study of Nigerian Grown “Maha Tita”            (King of Bitters) Andrographis paniculata Nees, Int.J.Drug Dev.&Res. Vol           2(2): 291-299.

Anonim, 2008, Daftar Obat Alam (DOA) Ed.3, hal:43-45, Semarang

Arshia, S., Manna,P.K., Paranjothy, K.L.K, Manjula, M, 2007, Entrapment of    Andrografolid in Cross-Linked Alginate Pellet: 1. Formulation and evaluation of Associates Release Kinetic, Pak.J.Pharm. Sci, Vol 291): 1-9

Aulia, N., 2008, Penetapan Kadar Andrografolida dan Kurkumin dalam Ekstrak               campuran Herba Sambiloto dan Rimpang Kunyit dengan Metode KLT- Densitometri, Skripsi, Unair (ABSTRAK), http://210.57.222.58/go.php?id=gdlhub-gdl-S1-2008-nuraniaulia-9207 , disitasi: November 2009.

Bhutani KK. 2000. Fingerprintings of Ayurvedic drugs. Eastern Pharmacist;5:21-24.

Chao, W,W and Lin, B,F, 2010, Isolation and Identification of Bioactive compounds in Andrographis paniculata (Chuanxinlian), Chin Med, Vo.13, 5:17.

Farnsworth, N, R,  and Bunyapraphatsara, 1992, Thai Medicinal Plants, hal 57-62, Prachachon Co. Ltd.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2008, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,                 Yogyakarta, 353-377.

Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode and Cara Perhitungannya, Majalah Ilmu Farmasi, Vol 1(3): 117-135

Kardono,L,B,S., Artanti,N., Dewiyanti, I,D., Basuki, T., 2003, Selected Indonesian Medicinal Plants: Monograph and Descriptions Vol.1, 117-153, Grasindo, Jakarta.

Kulyal, P., Tiwari, U.K., Shukla, A., Gaur,A,K., 2010, Chemical Constituent isolated from Andrographis paniculata, Indian Journal of Chemistry, Vol. 49B, hal 356-359.

Maiti, P.C., Kanji, S.K., Chatterje., 1959. Studies in Kalmegh Extract, Indian Journal of  Pharmacy, 21:169-171

Mamatha, A., 2011. Quantitative KLTKT Analysis of Andrografolid in                Andrographis paniculata Obtained from Different Geographcal Sources (India), International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(2): 42-44

Miller, J.C. and Miller, J.N., 1988, 108-112, Statistics for Analytical Chemistry, 2nd           Edition.

Muhidin, S.A dan Abdurahman, M., 2007, Analisis Korelasi, Regresi and Jalur dalam     89-130, Penelitian, Pustaka Setia Bandung

Nash., R, and Wachter, A., 2003, Pharmaceutical Process Validation, page 109-120,       Marcel Dekker, New York

Qiang, Z.Z., 2007, Reactions and Computational Studies of Andrografolid Anagoues with Glutathione and Biological Nucleophiles, Desertation, City University of Hong Kong

Saxena S, Jain DC, Gupta MM, Bhakuni RS, Hari O. 1998 . Analysis of                diterpenoid andrografolid from Andrografolid peniculata. J liq        chromatogr; 27-123.

Sharma, A., lal, K., handa, S.S., 1992. Standardization of The Indian Crude Drug Kalmegh by High Pressure Liquid Chromatographic Determination of Andrografolid. Phytochemical Analysis, 3:129-131

Sherma, J and Fried,B., 2003, Handbook of Thin-Layer Chromatography 3ed, Revised & Expanded, 226-234, Marcel Dekker, New York

Srivasta, A., Misra, H., Verma, R.K., Gupta, M.M., 2004. Chemical finger printing of Andrographis paniculata using HPLC, KLTKT and Densitometry., Phytochemical Analysis, 15: 280-285

Subramanian, R., Azmawi,M,Z., Sadikun, A., 2008, In vitro a-glucosidase and a-amylase enzyme inhibitory effects of Andrographis paniculata extract and andrografolid, Acta Biochimica Polonia, Vol.55, 2, hal 391-398.

 

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2012 Awal P, Mujahid R, Yuli W

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

INDEXED BY :

 Google Scholar   Google Scholar Road Google Scholar Google Scholar Sinta


Alamat kami di :

Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim

Jl. Raya Manyaran-Gunungpati, Nongkosawit, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50224, Indonesia
Handphone: +62812-2946-5952
Email: jiffk@unwahas.ac.id

 

 
 

Visitor JIFFK Unwahas