ARSITEKTUR HUMANISTIK MENURUT TEORI MASLOW
DOI:
https://doi.org/10.36499/psnst.v1i1.1039Abstract
Di dalam ruang manusia tidak diperhitungkan, hanya ketika ruang telah menjadi tempat (ruang arsitektural) barulah manusia menjadi titik pusat. Karena itulah manusia menjadi persoalan pokok ketika terbentuk tempat. Pada kesempatan ini, persoalan manusia akan diambil dari Teori Kebutuhan Bertingkat Manusia oleh Abraham Maslow. Karena Teori Maslow ini sering disebut psikologi humanitik, maka apalikasinya di bidang atsitektur disebut arsitektur humanistik. Disebutkan oleh Maslow, umumnya lapisan masyarakat bawah pertama-tama melandasi kebutuhannya akan kebutuhan fisiologis, seperti pangan sandang, papan, dan seks. Bila kesejahteraan meningkat masyarakat akan melandasi kebutuhan keamanan, kemudian afeksi (kebutuhan interaksi sosial), harga diri, dan estetika. Bila memiliki intelektualitas tinggi masyarakat akan melandasi kebutuhan aktualisasi diri dan transenden. Maka arsitektur dapat melihat tipe-tipe masyarakat tersebut untuk pemenuhan kebutuhannya. Tujuan dari studi ini: 1) ingin melihat seberapa jauh karya-karya arsitektur dapat ditinjau melalui teori kebutuhan bertingkat manusia dari Maslow; 2) ingin memaksimalkan kriteria kritik arsitektur berdasarkan teori kebutuhan bertingkat manusia dari Maslow. Studi ini menggunakan studi literatur, pengamatan lapangan, dan akses internet untuk memperoleh data.
Kata kunci: Arsitektur, Humanistik, Maslow.