Main Article Content

Abstract

Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk makro majemuk terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada tahap pre-nursery serta menentukan dosis optimal yang mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman. Penelitian dilaksanakan di kebun praktik Kecamatan Toho, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, dari Maret hingga September 2025. Rancangan enelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan percobaan Acak Lengkap (RAL) non-faktorial dengan empat perlakuan dosis pupuk makro majemuk, yaitu 2 g, 4 g, 6 g, dan 8 g per tanaman, masing-masing dengan lima ulangan dan lima sampel per ulangan. Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah pelepah daun, bobot segar tajuk, dan bobot segar akar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk makro majemuk berpengaruh sangat signifikan terhadap seluruh parameter pertumbuhan yang diamati. Dosis 8 g menghasilkan pertumbuhan tertinggi pada semua variabel, dengan peningkatan nyata dibandingkan dosis 2 g, 4 g, dan 6 g. Pupuk makro majemuk berperan penting dalam menyediakan unsur hara utama, terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), yang mendukung pembentukan daun, batang, dan sistem perakaran yang optimal. Berdasarkan hasil tersebut, dosis 8 g pupuk makro majemuk direkomendasikan sebagai dosis terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada tahap pre-nursery.

Keywords

kelapa sawit pupuk makro majemuk pertumbuhan bibit pre-nursery dosis optimal

Article Details

References

  1. Adam, H., M. Collin, F. Richaud, T. Beule, D. Cros, A. Omore, L. Nodichao, B. Nouy, J.W. Tregear. 2011. Environmental regulation of sex determination in oil palm: current knowledge and insights from other species. Ann. Bot.108:1529-1537
  2. Badan Pusat Statistik. 2023. Data jumlah lahan kelapa sawit di Kalimantan Barat. Kalbar.
  3. Goh, K.J., R. Hardter. 2003. General oil palm nutrition. p. 191-230. In T.H. Fairhurst, R. Hardter (Eds.). Oil Palm – Management for Large and Sustainable Yields. Potash and Phosphate Institute of Canada, Norcross, Canada.
  4. Lingga, P., & Marsono, M. (2003). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
  5. Lingga, Pinus, dan Marsono. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya,
  6. Mangoensoekarjo, S., & Semangun, H. (2005). Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  7. Poeloengan dkk. (1996). Kajian Modifikasi Iklim Mikro dan Masalah Kekeringan pada Pertanaman Kelapa Sawit," Warta Penelitian Kelapa Sawit (Vol. 4, No. 3).
  8. Sutanto, Rachman. (2002). Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.
  9. Siregar, M. (2007). Kelapa Sawit: Budidaya, Pemeliharaan, Panen, dan Pengolahan Hasil. Jakarta: Penebar Swadaya.
  10. Siregar, A., Saputra, A., & Tanjung, A. 1995. Kelapa Sawit: Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta.
  11. Sutanto, R. (2002). Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
  12. Sunarko, T. (2012). Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Budidaya, Pemeliharaan, dan Pengolahan. Jakarta: Agromedia Pustaka.
  13. Syafi'i, M., & Adiwijaya, H. (2020). Unsur Hara Makro dan Mikro pada Tanaman. Agroteknologi
  14. Wibowo, B., et al. (2021). Nutrisi Tanaman dan Manajemen Pupuk. Jurnal Agronomi dan Hortikultura.
  15. Yahya, S., A. Manurung. 2002. Kejut tanam pindah cara cabutan pada pembibitan kelapa sawit. Bul. Agron. 30:12-20.