Main Article Content

Abstract

Kekerasan merupakan tindakan yang melibatkan penggunaan kekuatan atau kekuasaan, yang menurut Johan Galtung terbagi menjadi kekerasan personal dan struktural. Dalam konteks Genosida Rwanda 1994, yang menewaskan sekitar 800.000 orang Tutsi dan Hutu moderat dalam 100 hari, kekerasan ini tidak hanya berupa kekerasan langsung (direct violence) tetapi juga melibatkan kekerasan struktural dan kultural. Galtung menjelaskan bahwa konflik di Rwanda dapat dianalisis menggunakan tiga tahap penyelesaian konflik yang diterapkan PBB, yaitu Peacemaking, Peacekeeping, dan Peacebuilding. Kekerasan struktural telah lama terjadi di Rwanda dalam bentuk diskriminasi sosial-ekonomi dan kebijakan yang tidak adil, sementara kekerasan kultural memperkuat diskriminasi ini melalui narasi yang membenarkan ketidakadilan. Kegagalan PBB dalam mencegah genosida Rwanda mencerminkan lemahnya respons komunitas internasional terhadap kekerasan langsung, yang dalam perspektif Galtung berakar pada kekerasan struktural dan kultural. Upaya rekonsiliasi dan pembangunan perdamaian pascagenosida menjadi langkah penting dalam mencegah kekerasan serupa di masa depan.


 


Kata kunci: Genosida, Kekerasal, Kultural, Rwanda, Struktural


 


ABSTRACT


Violence is an act that involves the use of force or power, which according to Johan Galtung is divided into personal and structural violence. In the context of the 1994 Rwandan Genocide, which killed around 800,000 Tutsi and moderate Hutu in 100 days, this violence was not only direct violence but also involved structural and cultural violence. Galtung explained that the conflict in Rwanda can be analyzed using the three stages of conflict resolution applied by the UN, namely Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Structural violence has long occurred in Rwanda in the form of socio-economic discrimination and unjust policies, while cultural violence reinforces this discrimination through narratives that justify injustice. The UN's failure to prevent the Rwandan genocide reflects the international community's weak response to direct violence, which in Galtung's perspective is rooted in structural and cultural violence. Post-genocide reconciliation and peacebuilding efforts are important steps in preventing similar violence in the future.


Keywords:  Cultural, Genocide, Rwanda, Structural, Violence

Article Details