Main Article Content

Abstract

The Sahel region, encompassing countries such as Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger, Chad, and Sudan, has been increasingly plagued by violent extremism since 2012. Persistent instability, weak governance, and socio economic challenges have allowed terrorist groups like Al-Qaeda in the Islamic Maghreb (AQIM), ISIS in the Sahara, and Boko Haram to expand their influence. This study examines the European Union’s (EU) conflict management interventions in addressing extremism in the Sahel. Employing a qualitative research method, the study analyzes EU policies through a library research approach, assessing their effectiveness in mitigating terrorist threats. Findings indicate that while the EU has implemented security, political, and development strategies such as military training missions and economic aid challenges persist due to weak local governance, internal political crises, and external geopolitical rivalries. The study concludes that despite significant efforts, the EU's conflict resolution policies in the Sahel remain constrained by local instability and evolving security threats. Strengthening governance and adapting intervention strategies are crucial for long-term stability.


Keywords: European Union Conflict Management, Extremism in the Sahel, Regional Security and Stability


 


ABSTRAK


Wilayah Sahel, yang mencakup negara-negara seperti Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger, Chad, dan Sudan, semakin menghadapi ancaman ekstremisme kekerasan sejak 2012. Ketidakstabilan yang terus berlanjut, lemahnya pemerintahan, serta tantangan sosial ekonomi telah memungkinkan kelompok teroris seperti Al-Qaeda di Maghreb Islam (AQIM), ISIS di Sahara, dan Boko Haram untuk memperluas pengaruh mereka. Penelitian ini menganalisis intervensi Uni Eropa (UE) dalam manajemen konflik untuk menangani ekstremisme di Sahel. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan studi kepustakaan, penelitian ini mengevaluasi efektivitas kebijakan UE dalam meredam ancaman terorisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun UE telah menerapkan berbagai strategi keamanan, politik, dan Pembangunan seperti misi pelatihan militer dan bantuan ekonomi tantangan tetap ada akibat lemahnya pemerintahan lokal, krisis politik internal, dan persaingan geopolitik eksternal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun upaya UE telah signifikan, kebijakan resolusi konflik di Sahel masih terbatas oleh ketidakstabilan lokal dan ancaman keamanan yang terus berkembang. Penguatan tata kelola pemerintahan dan penyesuaian strategi intervensi menjadi langkah krusial untuk mencapai stabilitas jangka panjang.


Kata kunci: Ekstremisme di Sahel, Keamanan dan Stabilitas Regional, Manajemen Konflik Uni Eropa

Article Details