Main Article Content

Abstract

Konflik Ethiopia-Tigray merupakan konflik bersenjata kompleks di Afrika yang diperburuk oleh keterlibatan aktor eksternal, menjadikannya bagian dari perang proxy. Eritrea mendukung pemerintah Ethiopia melawan TPLF, sementara Uni Emirat Arab (UEA), Turki, dan Iran memberikan bantuan militer yang memperpanjang konflik dan menghambat upaya resolusi oleh Uni Afrika (AU). Penelitian ini menganalisis peran AU dalam menangani konflik Ethiopia-Tigray serta dampak perang proxy yang memperumit dinamika konflik. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif-analitis, penelitian ini menemukan bahwa AU masih berfokus pada peacekeeping, yang hanya menargetkan penghentian kekerasan tanpa mengatasi akar penyebab konflik, seperti ketimpangan politik dan ekonomi. Untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, AU harus beralih ke peacebuilding, termasuk rekonsiliasi nasional, desentralisasi kekuasaan, keadilan transisi, serta pemulihan ekonomi pascakonflik. Selain dampak militer dan politik, perang proxy ini juga menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah akibat blokade ekonomi dan akses terbatas terhadap bantuan kemanusiaan. Oleh karena itu, solusi jangka panjang memerlukan tekanan diplomatik lebih kuat terhadap aktor eksternal serta reformasi struktural di Ethiopia agar distribusi kekuasaan lebih adil dan inklusif. Tanpa reformasi struktural dan komitmen internasional, konflik ini berisiko terus berulang dan mengancam stabilitas regional.

Article Details